Bursa Asia Terkoreksi Imbas Memberisinya Potensi Gagal Bayar Utang Pemerintah AS

BERITA - JAKARTA. Indeks bantuan dekat Asia Rabu (3/5) sore mayoritas ditutup turun. Menurut tim riset Phillip Sekuritas Indonesia, penurunan bursa Asia seiring beserta munculnya kembali kecemasan mengenai kondisi kesehatan bank daerah (regional banks) dekat Amerika Serikat (AS). Penurunan indeks bantuan Asia agak terjadi menjelang penginnternasionalan hasil pertemuan kebijakan bank sentral AS, Federal Reserve, nanti malam.
Selain pada krisis perbankan dan perlemotan ekonomi, sentimen pekekayaan pula mendapat tekanan pada kebuntuan politik adapun membawa negeri Paman Sam ini semakin mepet pada kondisi suak bayar (default) utang pemerintah.
Presiden AS Joe Biden telah mengundang empat pimpinan Kongres AS menjumpai melakukan pertemuan dalam Gedung Putih pekan depan menjumpai mencari jalan keluar mengenai kebuntuan mengenai utang.
Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Janet Yellen demi Senin (1/5) malam mengatakan bahwa Pemerintah AS dapat menderita default atas utangnya paling andal tataranl 1 Juni, lebih andal daripada perkiraan, kecuali Kongres memberi izin Pemerintah AS untuk mengambil utang baru.
Dengan sekadar tersisa kira-kira pekan sebelum tanggal 1 Juni, Kongres dapat dipaksa demi menyetujui perpanjangan demi kira-kira bulan ke depan, bukan solusi permanen demi jangka panjang.
Dari Asia, penyandang dana mencerna perhitungan awal data Penjualan Ritel Australia yang naik 0,4% month-on-month (MoM) dekat bulan Maret, lebih luhur dari kenaikan 0,2% MoM dengan bulan sebelumnya. Ini menandakan pertumbuhan positif semasa tiga bulan beruntun bagi penjualan ritel.
Di Asia Tenggara, laju inflasi Thailand memperjauh tren penurunan berprofesi empat bulan beruntun, lewat naik 2,67% hadapan bulan April, sejalan lewat estimasi 2,70%. Inflasi inti juga tumbuh melambat berprofesi 1,66%, sesuai lewat estimasi kenaikan 1,70%.
Bank sentral Thailand lagi pemerintah Thailand mencapai kesepakatan bagi menjaga inflasi antara kisaran 1,0%-3,0%.
Bank sentral Malaysia atau Bank Negara Malaysia (BNM) secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuan seadi 25 basis points (bps) menjadi 3,0% dengan asas kepada mencegah risiko terjadinya ketidakseimbangan finansial di tengah inflasi yang masih cukup banter.
Keputusan ini membatubil menjelang rencana Pemerintah Malaysia demi memangkas subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang daya mendongkrak inflasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain dalam Google News